Kamis, 17 Maret 2011

DIAFRAGMA


Foto bunga dengan diafragma f/2.8
Diafragma (atau disebut juga aperture) adalah bagian dari lensa seperti bilah-bilah pisau membentuk lingkaran yang gunanya membatasi jumlah cahaya yang masuk. Cara kerjanya adalah dengan ‘mencekik’ cahaya yang masuk melalui lubang yang bisa dibesarkecilkan. Bagaimana cara mengontrolnya dari kamera anda? Lalu apa efek samping penggunaan diafragma yang berbeda-beda? Mari kita bedah bersama.
Fungsi diafragma
Fungsi utama diafragma adalah untuk mengendalikan jumlah cahaya yang masuk melalui lensa selain melalui shutter speed. Mengapa? Karena kondisi cahaya disaat kita memotret sangat bervariasi dan kamera butuh sesuatu untuk mengendalikannya sehingga jumlah cahaya yang masuk sesuai dengan kebutuhan, tidak kurang, tidak pula berlebih. Diafragma bekerja sama dengan shutter speeddalam menentukan eksposur.
Penggunaan umumnya adalah bila kondisi cahaya remang-remang maka bukaan diafragma diperbesar agar tidak kekurangan cahaya, sedangkan bila cahaya berlebih (panas terik bila di luar ruangan) bukaan diafragma diperkecil agar tidak kelebihan cahaya. Kamera biasanya melakukan ini secara otomatis. Kita hanya melakukan penyetelan diafragma sendiri bila kamera diset ke mode semi-manual atau manual eksposur (mode A atau M).
Mengatur diafragma dari kamera anda
Lubang diafragma (kiri) dan dial mode Av (kanan)
Untuk bisa leluasa menyetel diafragma anda bisa menggunakan kamera dalam mode tertentu. Bila kamera anda memiliki mode P, A, S dan M maka anda bisa menggunakan mode A (aperture priority) atau Av (aperture value) di kamera merk Canon. Dengan memilih mode ini maka anda yang menentukan bukaan diafragma sementara setelan shutter speed dikendalikan oleh kamera secara otomatis.
Anda mengubah bukaan diafragma dengan memutar atau menekan tombol pengendali utama kamera anda. Bilah-bilah diafragma hanya akan menyesuaikan dengan angka pilihan anda sesaat sebelum pengambilan gambar. Pada kondisi normal diafragma membuka sebesar-besarnya untuk memudahkan anda mengintip melalui viewfinder.
Atau anda bisa juga memilih mode P (program mode) lalu putar atau tekan tombol pengendali utama untuk mengubah nilai aperture (dan shutter speed secara bersamaan) ke angka yang anda inginkan.
Setelan diafragma memiliki angka-angka yang unik seperti f/1.8,  f/2.8, f/4.0, f/5.6, f/8.0 dan seterusnya. Angka-angka ini menunjukkan seberapa besar lubang yang terbentuk (secara matematika dihitung relatif terhadap panjang fokal lensa) oleh bilah-bilah diafragma. Angka kecil menunjukkan lubang yang besar, dan sebaliknya angka besar menunjukkan lubang yang kecil.
Efek samping diafragma untuk pemotretan kreatif
Foto hanya tajam di bagian yang kita inginkan
Ternyata penggunaan diafragma berbeda juga menghasilkan efek yang menarik yaitu menghasilkan ruang tajam (Depth of Field/DOF) dan bokeh yang berbeda.
Ruang tajam adalah “tebalnya” wilayah yang tampil tajam dan jelas. Bayangkan ruang tajam itu seperti tembok atau kertas yang tegak lurus terhadap arah lensa anda. Jika mengatur fokus adalah mengatur jarak tembok atau kertas tadi dari lensa kita, maka mengatur diafragma adalah mengatur tebal-tipisnya tembok atau kertas tadi. Semakin besar lubang diafragmanya ternyata semakin tipis ruang tajamnya. Dan semakin kecil lubang diafragmanya semakin tebal ruang tajamnya.
Selain ruang tajam yang berbeda, bokeh yang dihasilkan juga berbeda. Bokeh adalah bagian yang kabur pada area di luar fokus, atau bagaimana sebuah lensa menggambarkan titik-titik cahaya di luar fokus (bacaartikel saya tentang bokeh). Semakin besar lubang diafragmanya maka semakin blur bokeh/backgroundnya. Semakin kecil lubang diafragmanya maka semakin jelas dan tajam bokeh/backgroundnya.
Hubungan angka aperture (diafragma) dengan bokeh
Mengutak-atik diafragma pada mode manual
Dial mode M (manual eksposur)
Silakan mencoba mengubah-ubah nilai diafragma pada mode manual (mode M) agar anda lebih paham cara kerja kamera anda.
Bila anda membuka lubang diafragma menjadi lebih besar tanpa mengimbanginya dengan mempercepat shutter speed atau menurunkan ISO menjadi lebih rendah maka anda akan mendapatkan foto yang lebih terang daripada sebelumnya.
Sebaliknya, bila anda memperkecil lubang diafragma tanpa memperlambat shutter speed menjadi lebih cepat atau menaikkan ISO menjadi lebih tinggi maka foto anda akan semakin gelap dari sebelumnya.
Ini adalah hukum kesetimbangan. Jika anda hendak memperbesar lubang diafragma sambil mempertahankan eksposur maka anda harus mempercepat shutter speed. Demikian juga sebaliknya, jika anda hendak mengecilkan lubang diafragma sambil mempertahankan eksposur maka anda harus melambatkan shutter speed.
Demikian, selamat mencoba.

PANDUAN MEMILIH DSLR


Kamera DSLR
Selamat, anda sudah memutuskan bahwa anda membutuhkan kamera jenis DSLR. Dengan banyaknya merk dan tipe kamera jenis ini yang manakah yang patut anda bawa pulang?
Budget
Ini adalah penentu paling utama. Walaupun anda menginginkan DSLR kelas atas tapi bila tidak ada budgetnya percuma saja kan? Lagipula perbedaan image quality antar kelas tidak banyak berbeda. Jangan lupa bahwa anda juga harus membeli barang-barang berikut untuk melindungi “investasi” anda:
  • lensa
  • alat pembersih
  • tempat penyimpanan kamera dan lensa
  • flash dan aksesoris lainnya
  • tas khusus kamera
  • dll
Merk
Semua merk DSLR pada dasarnya memiliki produk yang baik. Merk-merk yang sudah lebih dahulu beredar biasanya sudah memiliki jaringan penjualan dan servis yang lebih luas. Servis sangat penting karena bisa saja suatu saat kamera kita bermasalah. Kita tentu tidak ingin berlama-lama berpisah dari kamera kita bukan? “Merk lama” juga biasanya sudah memiliki jajaran produk dan aksesoris yang lebih komplit dan variatif. Tapi bukan berarti “merk baru” tidak layak dipilih lho. Merk-merk baru ini lebih berani menawarkan teknologi dan fitur-fitur baru dengan harga yang lebih kompetitif.
Anda juga mungkin lebih baik memilih merk yang umum ada di wilayah anda atau komunitas fotografer di sekitar anda. Dengan begitu anda bisa mencoba dan bertukar lensa dan aksesoris dari teman-teman anda tersebut.
Kelas
DSLR juga punya kelas-kelas. Walaupun akhir-akhir ini batasnya makin kabur tapi paling tidak kita bisa membaginya menjadi tiga: low-end, middle dan high-end. Bila budget anda besar silakan saja langsung membeli yang high-end. Langkah ini lebih baik daripada anda membeli low-end lalu bolak-balik beli DSLR sampai ke kelas high-end. Namun bila budget anda hanya cukup untuk membeli low-end jangan khawatir karena biasanya tidak ada perbedaan berarti di sisi image quality dengan yang high-end.
Berikut adalah beberapa perbedaan antar kelas walau tidak selalu demikian:
  • low-end bodi kecil, high-end lebih besar (untuk alasan kekokohan dan lainnya)
  • low-end rangka bodi dari plastik, high-end dari logam
  • low-end tidak ada seal penangkal air dan debu, high-end ada
  • low-end menggunakan sensor jenis cropped, high-end menggunakan full-frame (dibahas di bawah)
  • low-end tombol sedikit, high-end punya banyak tombol di bodinya
  • banyak lagi
Sedangkan fitur DSLR kelas middle terletak bervariasi di antara low dan high-end.
Seiring waktu fitur-fitur kelas high-end dan low-end mengalami perombakan. Yang tadinya sebuah fitur tertentu hanya ada di high-end seiring waktu sekarang sudah bisa dinikmati di middle dan low-end. Dan ada juga produsen yang mendahulukan memasang fitur baru di kelas low-end, baru kemudian menyertakannya di kelas high-end.
Sensor
Sensor gambar
Sensor adalah bagian penangkap gambar yang menggantikan posisi film pada kamera “jaman dahulu”. Ada dua jenis ukuran sensor yang mendominasi kamera DSLR, yaitu sensor ukuran “full-frame/FF” yang berukuran sama dengan film 35mm (ingat film negatif yang sering anda mainkan sewaktu masih kecil dan anda dimarahi ayah anda?) dan sensor ukuran “cropped” (atau sering disebut sensor APS-C) yang berukuran lebih kecil. Sensor “full frame” secara umum lebih unggul di sisi kejernihan warna dan kebersihan gambar. Sedangkan sensor “cropped” unggul di sisi harga yang lebih murah.
Lensa
Ini adalah biangnya suatu sistem kamera. Bila anda memiliki sekumpulan lensa merk tertentu warisan ayah anda maka mungkin lebih baik anda meneruskan menggunakan merk tersebut. Hal ini wajar karena selain harganya yang cukup mahal, usia lensa bisa jauh lebih panjang daripada usia bodi kamera.
Beberapa merk mempunyai jajaran lensa yang lebih baik atau lebih banyak dari merk lainnya. Pastikan anda memilih merk yang tepat karena begitu anda mulai mengoleksi banyak lensa maka makin sulit untuk berpindah merk (karena perbedaan dudukan lensa).
Pegang dan Rasakan
Ini termasuk bagian yang sangat penting. Anda harus merasakan sendiri nyaman atau tidaknya sebuah kamera DSLR di tangan anda, anda tidak bisa mewakilkan hal ini ke asisten anda misalnya. Bayangkan bila anda menggunakan sesuatu yang tidak nyaman setiap hari, tentu tidak enak bukan (selain anda mungkin jadi lebih sering memarahi asisten anda tersebut).
Dry box
Desain pegangan kamera bisa jadi sangat nyaman bagi seseorang dan tidak nyaman bagi orang lainnya. Begitu juga letak tombol-tombol dan dialnya (tombol putar). Intip juga lubang viewfindernya, beberapa tipe DSLR memiliki viewfinder yang terasa lebih lapang dan lebih terang dari tipe lainnya. Rasakan bobot DSLR di tangan anda, apakah terasa mantap atau ringkih. Begitu anda memilih maka pastikan anda sudah memilih yang paling nyaman untuk anda.
Proteksi
Lindungi kamera anda dari jamur dan debu. Belilah alat-alat pembersih seperti blower, sikat dan tisu lensa untuk membersihkan kamera dan lensa anda. Juga belilah dry box, yaitu kotak besar tempat menyimpan kamera dan lensa agar tidak berjamur.
Selamat berbelanja.

FILTER POLARIZER


Filter circular polarizer diameter 58mm. Ada gelang pemutar untuk mengubah arah polarisasinya
Filter adalah sesuatu yang dipasang di lensa untuk membuat efek tertentu pada foto, umumnya berbahan dasar gelas. Salah satu filter yang populer adalah filter polarizer (PL). Filter ini sangat digemari karena mampu membuat warna-warni tampil lebih jernih. Mengapa bisa demikian?
Filter PL mampu menghilangkan refleksi pada permukaan benda, misalnya air. Air di kolam akan tampak bening dan ikan-ikan di dalamnya bisa terlihat dengan jelas. Refleksi kilau di bidang mengkilap seperti bodi mobil bisa dikurangi dan warna cat mobilnya akan tampil lebih jelas. Langit yang biru pucat akan tampil biru pekat.
Ya, filter PL membuat warna-warni tampil tanpa gangguan pantulan cahaya lainnya. Kontras warna warni pun tampil lebih baik.
Hilang dalam 5 detik. Refleksi jam pada botol cat merah menghilang dengan memutar gelang filter ke posisi yang tepat.
Bagaikan blindfold di jendela kantor anda yang hanya memperbolehkan cahaya lewat bila searah dengan bilah-bilah kisi-kisinya, filter PL hanya membolehkan cahaya masuk ke dalam lensa apabila polarisasi cahaya tersebut searah dengan polarisasi pada bidang gelasnya. Anda mengubah arah polarisasi filter PL ini dengan memutar gelang pada filternya dengan sambil mengintip di viewfinder. Bila anda suka dengan apa yang anda lihat maka hentikan memutar gelang filternya.
Ada dua macam polarizer, yaitu polarizer biasa (PL) dan circular polarizer (CPL). Bila anda menggunakan kamera film maka anda bisa menggunakan filter PL dan jika anda menggunakan kamera digital maka anda harus menggunakan filter CPL.
Walaupun tampaknya filter ini sangat menarik karena bisa meningkatkan kontras warna, filter PL/CPL tidak cocok untuk semua jenis fotografi. Bila anda perhatikan foto (B) dimana botol cat tidak memiliki kilau refleksi apapun botol tampil flat dan kehilangan bentuk 3 dimensinya. Botol tampil seperti selembar kertas datar.
Pada fotografi produk untuk membentuk image 3 dimensi pada botol minuman misalnya, pantulan kilau pada botol diperlukan bahkan kalau perlu ditambahkan pada posisi yang tepat.
Akhir kata, jika anda penasaran akan kemampuan filter ini silakan rogoh kocek agak dalam karena filter ini lumayan juga harganya.
Selamat mencoba.

GIMANA SIH CARA MEGANG KAMERA YANG BENAR


Cara memegang kamera DSLR yang benar
Bagaimanakah cara memegang kamera yang benar? Apakah ada pengaruh cara memegang kamera terhadap hasil foto? Ya, ada. Mari kita perbaiki cara kita memegang kamera agar hasil yang didapat menjadi lebih baik.
Dasar-dasar
Kita semua tentu menginginkan hasil foto yang tajam dan tidak kabur. Foto yang kabur bisa disebabkan beberapa hal, satu diantaranya adalah karena kamera bergoyang disaat kita menekan tombol pengambil gambar (tombol shutter). Tangan kita bukanlah besi yang kokoh dan kaku, oleh sebab sudah pasti terjadi goyangan/getaran. Dan goyangan tangan ini terekam pada foto kita.
Praktek
Berikut adalah panduan umum dalam memegang kamera yang benar, baik untuk kamera DSLR maupun kamera saku:
  • Bila anda menggunakan kamera yang cukup berat seperti DSLR, maka sebaiknya telapak tangan kiri anda berada di bawah kamera untuk menopang bobot kamera. Siku tangan kiri dirapatkan ke perut untuk membantu menopang bobot kamera. Tangan kanan memegang grip kamera dan jari telunjuk letakkan di atas tombol shutter.
  • Bagi pengguna kamera saku angkat kamera hingga layar LCD sejajar mata, bila memungkinkan rapatkan kedua siku dengan perut.
  • Perhatikan letak jari-jari anda, pastikan tidak menghalangi lensa maupun lampu flash.
  • Lebarkan jarak kedua kaki, kaki kiri majukan sedikit dari kaki kanan. Ini akan memperbaiki kuda-kuda anda agar lebih kokoh.
  • Buang nafas pelan-pelan (atau tahan bila perlu) disaat mengambil gambar.
  • Jangan tekan tombol shutter dengan cara mengetuknya, sebaliknya letakkan jari anda di atas tombol dan “gulirkan” jari anda ke dalam tombol saat mengambil gambar.
Cara memegang kamera yang beresiko goyang
Lain-lain
Bila anda sudah mahir menggunakan kamera maka anda akan tahu bahwa cara-cara di atas tidaklah wajib. Misal, dengan shutter speed yang sangat cepat (misal secepat 1/4000 detik) maka cara memegang kamera tidak lagi berpengaruh terhadap hasil foto, goyangan kamera tidak lagi terekam pada foto anda.
Bila kondisi cahaya sudah terlalu redup yang mengakibatkan kamera melambat untuk mengumpulkan cahaya dan hasil foto selalu kabur, maka mungkin sudah saatnya anda menggunakan tripod. Bila anda tidak membawa tripod, cobalah bersandar pada tembok atau tiang, atau letakkan kamera pada bidang yang kokoh seperti meja.
Selamat mencoba.

FOTO BUNGA yang LEBIH BAIK


Bunga Teratai
Bunga memang indah dan menarik hati bagi siapapun yang memandangnya, pria maupun wanita. Bila sedang membawa kamera di tangan sudah tentu kita rela meluangkan sedikit waktu untuk memotretnya.
Namun bila bunga tersebut kita potret ala kadarnya sering kali hasilnya jauh dari memuaskan. Dan lebih sayang lagi apabila ternyata bunga tersebut hanya mekar sekali setahun misalnya. Tentu sangat sayang bila kita mengabadikannya dengan asal saja. Nah berikut ini adalah beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengabadikan bunga kita dengan lebih baik. Siap?
Perbaiki Kualitas Cahaya
Kualitas cahaya yang dimaksud adalah seberapa keras perpindahan dari terang ke bayangan. Apakah berbatasan langsung seperti sebuah garis ataukah bergradasi dengan halus sehingga kita tidak bisa lagi menunjuk batasnya dengan jelas. Yang kita cari adalah yang disebut terakhir.
Berikut adalah perbandingan foto yang diambil begitu saja di bawah cahaya matahari dengan foto yang diambil dengan sedikit “menghaluskan” cahaya matahari:
Perbandingan bunga dengan kualitas cahaya berbeda. Foto A bunga terkena cahaya matahari langsung. Foto B menggunakan light diffuser
Foto A diambil dalam kondisi bunga langsung terkena cahaya matahari. Foto B diambil dalam kondisi cahaya matahari “dihaluskan”. Foto B lebih enak dipandang daripada foto A. Setuju? Mari kita perhatikan foto berikut yang merupakan perbesaran dari foto A:
Hasil pencahayaan oleh matahari secara langsung
Bagian 1 menunjukkan bayangan yang keras. Perhatikan bahwa bayangan dari kelopak bunga yang diatas memberikan jejak berupa bidang hitam dan berbatas jelas dengan kelopak bunga yang ada di bawahnya.
Bagian 2 menunjukkan bagian mengkilap berupa pantulan cahaya matahari yang keras di atas daun.
Diffuser yang digantung pada sebuah tripod
Kita bisa menghilangkan efek di atas dengan bantuan sebuah “penghalus cahaya” yaitu sebuah light diffuser. Light diffuser adalah sebuah alat berbahan dasar kain atau plastik semi transparan berwarna putih (netral). Light diffuser dipasang  sedemikian rupa sehingga cahaya matahari melewati light diffuser terlebih dahulu sebelum jatuh ke subyek foto. Light diffuser juga mengubah sumber cahaya yang tadinya kecil dan terang (matahari) menjadi sumber cahaya yang lebar, lembut dan merata.
Light diffuser bisa didapatkan di toko yang menjual peralatan fotografi. Harganya sekitar 200.000 rupiah dan alat ini juga bisa diubah fungsinya menjadi reflektor warna gold maupun silver (untuk pemotretan jenis lainnya).
Selain menggunakan light diffuser anda juga bisa menggunakan kain putih yang dibentangkan. Gunakan bahan yang berwarna putih untuk menjaga warna bunga tidak berubah dari aslinya. Kertas kalkir juga bisa digunakan, yang penting secara prinsip adalah kita menghaluskan cahaya matahari sebelum jatuh ke bunga.
Kita bisa minta tolong seseorang untuk membantu memegangi light diffuser ini atau sekedar gantungkan di mana saja selama ada tempat untuk meletakkan bunga. Anda juga bisa menggantungkannya pada sebuah tripod seperti tampak pada foto.
Tombol penyetel white balance (WB)
Setel White Balance Dengan Benar
Beberapa dari kita membiarkan setelan white balance (WB) di Auto. Walau praktis tapi cara ini membuat warna di foto tampil variatif bahkan tidak terkendali.
Yang benar adalah cocokkan setelan white balance dengan kondisi alam yang sebenarnya. Misal, bila kita sedang berada di cahaya matahari maka pilihlah white balance “Sunlight” yang bergambar matahari. Dengan cara ini maka warna-warna akan tampil natural dan cemerlang.
Potret Bunga di Pagi Hari
Potretlah bunga pada pagi hari kira-kira sebelum jam sembilan karena cahaya matahari pagi tidak bersinar terik seperti siang hari. Cahaya pagi hari menghasilkan kontras yang paling baik bagi kamera, antara bagian terang dan bagian bayangan masih tertangkap baik oleh kamera. Dan pagi hari langit biasanya masih berwarna biru cerah. Cocok bila dipadukan dengan warna kelopak bunga yang cerah. Lagipula di pagi harilah bunga tampil paling segar dan paling menarik.
Nah, sekarang anda giliran anda mempraktekkannya.

YUUK KENALAN SAMA LENSA


Lensa 50mm merk Canon dan Nikon
Apa saja yang perlu kita ketahui dari sebuah lensa? Apa sajakah arti dari deretan angka dan huruf pada sebuah lensa? Apa bedanya lensa zoom dengan lensa prime? Bagaimana menemukan lensa yang tepat buat kamera DSLR anda? Mari kita pelajari lebih lanjut.
Setiap lensa umumnya mencantumkan spesifikasinya seperti:
  1. panjang fokal
  2. aperture (diafragma)
  3. peruntukan jenis sensor
  4. teknologi anti getar
  5. teknologi autofokus
  6. dudukan (mounting) lensa
  7. dan lain-lain
Contoh, lensa “Tamron SP 70-300mm F4-5.6 Di VC USD lens for Nikon”. Maksudnya kira-kira lensa merk Tamron dengan panjang fokal 70 milimeter (mm) hingga 300 mm dengan bukaan mulai dari f/4 pada posisi 70 mm dan hingga bukaan f/5.6 pada 300 mm, lensa khusus untuk kamera APS-C, ada fitur anti getar, ada fitur autofokus dengan motor ultrasonik, dudukan lensa khusus buat kamera merk Nikon. Wah lumayan panjang ya?
1. Panjang Fokal
Panjang fokal (focal length) secara sederhana dapat dijelaskan sebagai luas pandangan yang dapat diambil oleh lensa tersebut. Panjang fokal diukur dalam satuan milimeter (mm). Kira-kira beginilah luas pandangan dari masing-masing panjang fokal:
Perbandingan berbagai panjang fokal
Lensa zoom memiliki panjang fokal yang bisa diubah. Misal lensa Tamron 70-300mm berarti panjang fokalnya dimulai dari 70 mm hingga ke 300 mm. Lensa fixed atau sering disebut lensa prime (tunggal) hanya memiliki satu panjang fokal saja, misal 24 mm, 50 mm, 200 mm dan sebagainya.
2. Aperture (Diafragma)
Pada diafragma f/4, hanya kepala ulat yang tampil tajam
Aperture atau diafragma adalah bagian lensa yang mengatur seberapa besar lubang cahaya di dalam lensa tersebut. Semakin kecil angka aperture maka semakin besar lubangnya dan semakin besar angka aperture maka semakin kecil lubangnya.
Angka aperture menunjukkan kemampuannya dalam mengumpulkan cahaya. Lubang yang besar semakin memungkinkan lebih banyak cahaya yang masuk dalam satu satuan waktu. Artinya kira-kira dalam kondisi remang-remang lensa masih bisa digunakan dengan baik. Lubang yang besar juga berarti ruang tajam (Depth of Field / DOF) yang tipis. Ruang tajam yang tipis memudahkan fotografer berkreasi membentuk foto dengan subyek yang tajam dan latar belakang yang kabur.
Sebaliknya lubang yang kecil memiliki kemampuan mengumpulkan cahaya lebih sedikit dalam satuan waktu. Artinya dalam kondisi remang-remang lensa kemungkinan sudah tidak bisa dipakai lagi karena sudah terlalu gelap.
Pada diafragma f/11, subyek tampil tajam dari depan hingga belakang
Lubang yang kecil juga berarti ruang tajam yang tebal. Ruang tajam yang tebal memudahkan fotografer mengambil gambar dimana semua bagian subyek baik yang di depan hingga ke belakang semuanya tajam, cocok untuk berfoto bersama misalnya.
Aperture dituliskan dengan beberapa cara. Misalnya penulisan F4, f/4 dan 1:4 sebenarnya menunjukkan hal yang sama.
Pada lensa zoom lebar diafragma bisa jadi berbeda pada posisi terpendek dan terpanjangnya. Misal lensa Tamron 70-300mm F4-5.6 dimana bukaan maksimum di posisi 70mm adalah f/4 tetapi berkurang ke f/5.6 pada posisi 300mm. Ada juga lensa yang didesain tetap mempertahankan bukaan diafragmanya walaupun dizoom kesana kemari, contoh lensa Tokina 12-24/4 DX yang bukaan maksimumnya di 12mm dan di 24mm tetap sama yaitu di f/4.
3. Peruntukan Jenis Sensor
Perbedaan luas pandangan antara kamera full frame dan APS-C (simulasi)
Kamera digital SLR sekarang umumnya punya dua ukuran sensor, yang pertama adalah sensor ukuran “full frame” (menurut standar film 35mm) yang ukurannya sekitar 3,5 cm x 2,4 cm. Yang kedua adalah sensor ukuran cropped yaitu lebih kecil 1,5 sampai 1,6 kali daripada fullframe. Ukuran cropped ini juga disebut dengan istilah APS-C. Dengan ukuran APS-C produsen lensa dapat membuat lensa dengan ukuran yang lebih kecil dan range zoom yang lebih lebar.
Canon menandai lensa croppednya dengan kode EF-S. Nikon dengan kode DX. Pentax dengan kode DA. Sony dengan kode DT. Sigma dengan kode DC. Tamron dengan kode Di. Dan Tokina dengan kode DX.
Kamera dengan sensor tipe APS-C dapat menggunakan lensa full frame dari merk yang sama tetapi tidak sebaliknya. Menggunakan lensa untuk sensor APS-C pada kamera full frame akan meninggalkan blok lingkaran hitam di tepian foto.
Perbedaan jenis ukuran sensor akhirnya membuat lensa dengan angka milimeter yang sama menjadi berbeda luas pandangannya bila digunakan di kamera full frame dan kamera APS-C. Misal, lensa 28mm pada kamera full frame hanya menghasilkan luas pandangan setara lensa 42mm jika digunakan pada kamera APS-C.
4. Teknologi Anti Getar
Foto diambil dengan shutter speed 1/5 detik tanpa tripod
Getaran yang dicoba direduksi oleh sistem anti getar adalah getaran yang berasal dari kamera misalnya getaran tangan dan getaran dari kendaraan yang dinaiki fotografer. Fitur ini tidak dapat mereduksi getaran subyek foto.Produsen lensa mereduksi getaran dengan cara menggerakkan salah satu gelas di dalam lensa yang arah gerakannya berlawanan dari gerakan yang terdeteksi. Manfaat fitur ini sangat terasa pada lensa-lensa tele.
Setiap produsen punya kode sendiri untuk fitur ini. Canon menggunakan kode IS. Nikon menggunakan kode VR. Panasonic dan Samsung menggunakan kode OIS. Sigma menggunakan kode OS. Sony (lensa NEX) menggunakan kode OSS. Dan Tamron menggunakan kode VC.
5. Teknologi Autofokus
Sistem autofokus menggunakan motor untuk menggerakkan susunan lensa dalam memperoleh fokus. Teknologi screwdriver menggunakan motor di bodi kamera dan memutar lensa menggunakan tonjolan mirip obeng di mounting lensa. Selain itu ada juga lensa yang sudah memiliki motor di dalam bodi lensanya. Dan terakhir dikembangkan motor jenis ultrasonik yang nyaris tidak berbunyi dan beberapa bahkan memiliki mekanisme dimana kita dapat langsung memutar gelang fokus lensa tanpa harus mengubah sistem autofokus dari auto menjadi manual.
6. Dudukan (Mounting) Lensa
Mounting Nikon (depan) dan Canon
Setiap produsen kamera membuat mounting lensanya sendiri-sendiri dan tidak saling kompatibel. Misalnya, anda tidak bisa memasang lensa merk Nikon di kamera merk Canon tanpa melakukan modifikasi atau menggunakan adapter. Adapun Olympus mengeluarkan mounting lensa dengan spesifikasi terbuka yang dinamainya sebagai Four-Thirds. Spesifikasi Four Thirds boleh diadaptasi oleh merk lain dan sejauh ini baru merk Panasonic yang juga menggunakannya.
Perbedaan mounting ini membuat konsumen menjadi sulit untuk berpindah merk. Apabila seseorang telah memiliki “setumpuk” lensa merk Canon misalnya, maka untuk berpindah ke Nikon berarti semua lensa Canonnya menjadi tak dapat digunakan padahal harga satuannya tidak murah.
Beberapa Tipe Lensa
Standard Zoom. Yaitu lensa serba guna dan kebanyakan lensa ini merupakan lensa kit bawaan kamera. Panjang fokal yang umum adalah 18-55mm untuk kamera cropped sensor atau 28-80mm untuk kamera full frame. Panjang fokal ini cukup fleksibel, dimulai dari panjang fokal yang melebar (wide) hingga mendekati tele.
Telephoto Zoom. Yaitu lensa zoom dengan rentang panjang fokal 55mm hingga mencapai 300mm. Contoh lensa ini adalah 55-200mm dan 70-300mm.
Efek perspektif pada lensa wide angle 12mm
Superzoom. Yaitu lensa yang memiliki rentang panjang fokal yang sangat lebar mencakupi mulai dari wide di 18mm hingga bisa mencapai 200mm bahkan lebih. Lensa ini kadang disebut “lensa sapu jagad” oleh teman-teman fotografer. Tujuan produsen menciptakan lensa jenis ini adalah untuk mendapatkan fleksibilitas tinggi, hanya dengan satu lensa sudah bisa mendapatkan panjang fokal wide hingga tele. Kelemahan lensa jenis ini adalah kualitas gambar yang sering kali terdistorsi hebat dan ketajaman yang kurang baik.
Wide Angle Zoom. Sesuai namanya adalah lensa bersudut lebar (lebih lebar dari standar zoom di 18mm). Lensa tipe ini cocok untuk mengambil suasana baik indoor maupun outdoor. Contoh lensa ini adalah 11-22mm, 10-22mm dan 12-24mm.
Bunga rumput selebar setengah sentimeter
Lensa Macro. Yaitu lensa dengan perbesaran 1:1 atau lebih besar. Gunanya untuk memotret benda-benda yang kecil agar tampak besar. Makin panjang milimeternya maka semakin jauh jarak pemotretan dari subyek (kadang  kita perlu memotret agak jauh dari subyek agar dapat menggunakan lighting tambahan). Contoh lensa yaitu 60mm macro dan 105mm macro. Nikon menggunakan istilah “micro” untuk lensa jenis ini dan saya setuju, di laboratorium orang menggunakan “microscope” untuk melihat benda kecil, bukan “macroscope”.
Lensa Pancake. Lensa unik yang sangat tipis. Salah satu produsen yang mengeluarkan lensa tipis ini adalah Pentax. Lensa ini cocok dipasangkan dengan DSLR mungil agar tetap ringkas.
Lensa Tilt Shift. Yaitu lensa yang bisa ‘ditekuk’. Tujuannya adalah untuk memainkan bidang fokus agar didapat efek ketajaman yang tidak lagi tegak lurus terhadap kamera. Fitur ini dibutuhkan bagi mereka yang memotret gedung tinggi dan pemandangan agar semua tampil fokus.
Fitur-fitur Lain
Weatherseal. Biasanya lensa mahal yang memiliki weatherseal walau tidak selalu. Weatherseal adalah seal karet pada sambungan-sambungan lensa agar lensa tahan terhadap kelembaban dan debu. Bagaimanapun juga anda tetap harus menghindarkan lensa dari kelembaban dan debu walaupun lensa anda memiliki weatherseal.
Efek sunstar pada f/22
Jumlah Bilah Diafragma. Dengan menutup diafragma ke f/22 dan mengarahkannya ke sumber cahaya yang terang akan menghasilkan efek bintang. Jumlah bilah penyusun diafragma menentukan jumlah kaki si bintang. Bila jumlah bilah diafragma genap maka jumlah kaki bintangnya sama dengan jumlah bilah diafragma. Tetapi bila jumlah bilah diafragmanya ganjil maka jumlah kaki bintangnya dua kali lipat dari jumlah bilah diafragma.
Memilih Zoom atau Prime
Lensa zoom menawarkan kelebihan pada fleksibilitas. Lensa prime lebih unggul pada ukuran yang lebih ringkas, berbobot enteng, aperture lebih besar, optik yang lebih jernih, warna-warni yang lebih baik, kontras yang lebih tinggi dan harga yang seringkali lebih murah.
Untuk membuat sebuah lensa zoom produsen harus memasukkan lebih banyak gelas, membuat konstruksi zoom yang rumit, menambahkan coating dan lain-lain yang membuat biaya membengkak. Selain itu lebih banyak gelas dalam sebuah lensa berarti lebih besar kemungkinan terjadinya kebocoran warna (ingat pelajaran sekolah tentang prisma?), posisi zoom yang kurang presisi, bobot yang lebih berat dan lain-lain.
Lensa Untuk DSLR Anda
Anda tidak perlu memiliki lensa untuk semua panjang fokal. Misal memiliki 12-24mm, 24-70mm, 70-200mm dan 200-400mm sekaligus. Itu hanya akan menghabiskan uang dan menghabiskan tempat di dry box anda, kecuali anda punya dana sangat berlebih. Untuk kegiatan fotografi liputan biasanya satu buah lensa sudut lebar, satu buah tele dan satu buah lensa prime sudah cukup.
Jika dana anda terbatas dan ingin kualitas terbaik dari sebuah lensa maka belilah lensa prime, anda bisa melakukan “zoom kaki” sebagai pengganti zoom optik. Jika anda menginginkan fleksibilitas dan tidak terlalu mementingkan kualitas maka silakan ambil lensa superzoom, hanya pastikan jangan sampai mengeluh di kemudian hari tentang kualitas gambar.
Penutup
Investasi sebenarnya dari sebuah sistem kamera adalah pada lensa, bukan bodi kamera. Bersihkan dan simpan lensa anda di tempat penyimpanan yang layak seperti dry box dan lensa anda masih akan bisa berfungsi hingga puluhan tahun ke depan dimana bodi kamera anda mungkin sudah lama rusak.

GAMBAR YANG LARI


Turnamen rugby expatriat di Jakarta Selatan
Memotret subyek bergerak tentu lebih sulit daripada memotret subyek yang diam. Contoh subyek bergerak misalnya pemain sepak bola atau mobil yang sedang berjalan. Untuk bisa sukses memotret subyek bergerak dibutuhkan kombinasi sistem lensa/kamera yang mumpuni dan teknik memotret yang baik. Teknologi saat ini baru memungkinkan kamera DSLR dalam memotret benda bergerak. Penggunaan kamera saku kebanyakan mengalami kegagalan karena lambannya kerja sistem autofocusnya. Namun bila anda pengguna kamera saku tidak ada salahnya meneruskan membaca artikel ini untuk menambah wawasan.
Tuas selektor AF di beberapa model Nikon
Umumnya di kamera DSLR anda ada setelan untuk mengubah sifat sistem autofocus (AF), beberapa menyerupai tombol geser/switch dan lainnya melalui menu. Ada tiga setelan autofocus, pertama adalah single, kedua adalah continuous dan ketiga adalah off/manual. Yang kita butuhkan adalah sistemcontinuous autofocus (continuous AF).
Sistem continuous autofocus mulai bekerja ketika tombol shutter setengah ditekan, mencari fokus pada titik autofocus yang ditentukan. Setelah fokus didapat kamera tidak akan berhenti memonitor pergerakan subyek pada titik autofokus tersebut. Apabila jarak antara kamera dengan subyek berubah maka sistem autofokus akan langsung menyesuaikan dengan jarak yang baru. Dengan demikian diharapkan subyek selalu dalam fokus sempurna. Sistem inilah yang kita butuhkan untuk memotret subyek yang bergerak.
Titik-titik autofocus dengan titik tengah yang aktif
Kamera anda mungkin memiliki beberapa titik autofocus yang tersebar membentuk formasi seperti berlian. Titik-titik autofocus ini bisa berjumlah 3, 9, 11 bahkan lebih. Satu hal yang pasti, selalu ada titik autofocus yang berada paling tengah. Titik-titik autofocus ini memiliki sensitifitas yang berbeda-beda dan yang berada paling tengah adalah yang paling sensitif. Artinya, dalam kondisi remang-remang sekalipun titik autofocus yang ditengah biasanya masih berhasil mendapatkan fokus, sementara dengan titik-titk autofocus yang lain sistem gagal mendapatkan fokus. Bila anda memiliki DSLR top end, anda boleh berlega hati karena hampir semua titik autofocus di kamera anda adalah dari tipe yang sensitif, tidak hanya yang di tengah. Memang ada harga ada rupa.
Hal-hal yang penting untuk dijaga selama pemotretan subyek bergerak adalah:
  • Dengan continuous AF mengikuti subyek bergerak
    jaga kecepatan shutter speed cukup tinggi bila anda ingin subyek anda tampil “beku”
  • bila menggunakan zoom jaga ukuran subyek dalam pandangan anda, bila subyek mendekati maka anda harus memundurkan zoom dan sebaliknya
  • jaga subyek agar tetap berada pada titik autofocus yang dipilih, namun bila sistem autofocus kamera anda juga disertai sistem kecerdasan buatan “focus tracking” maka kamera secara otomatis akan memindahkan titik autofocus ke titik berikutnya dimana subyek kini berada andaikata subyek bergerak (baca manual kamera anda untuk fitur focus tracking)
Walaupun dengan sistem kamera canggih sekalipun tetap saja trik ini punya keterbatasan. Tidak selamanya hasil pemotretan akan menghasilkan foto yang tajam walau kita sudah mengikuti semua aturan. Gerakan subyek yang berubah tiba-tiba, kecerdasan buatan yang ditanamkan di kamera, kondisi cahaya di lapangan, semua menyumbangkan faktor bagi kesuksesan pemotretan subyek bergerak. Anda perlu mengambil beberapa foto sekaligus untuk memperbesar kesempatan anda mendapatkan foto yang baik.
Sekali lagi, tidak ada teori yang bisa menggantikan pengalaman berharga di lapangan. Terus giat berlatih untuk membuat tingkat keberhasilan menjadi lebih tinggi.